Jumat, 25 Oktober 2013

Kilasan Drama Two Week

Kilasan Drama Two Week

Salah satu drama Favorit saya di tahun 2013 ini adalah drama two week, saya sangat merekomendasikan drama ini ditonton oleh para penggembar drama Korea, Genre drama ini sendiri memadukan antara Action, misteri, thriller, melodrama, romance,  menggunakan Alur Maju mundur dengan banyak sekali flashbac kdi sepanjang episode drama ini menjelaskan kisah hidup Jang Tae San di masa lalu, episode-demi episode di isi dengan penuh tanpa sia-sia, membuat adegan dalam drama ini saling berkaitan dan terlihat sempurna, bagi saya orang yang paling berjasa dalam drama ini adalah penulisnya, dia menyuguhkan pesan Moral lewat Karakter Jang Tae San,
Two Weeks mengisahkan perjuangan Jang Tae San sebagai seorang buronan, dia di fitnah atas tuduhan pembunuhan seorang wanita serta pembunuhan terhadap sahabatnya, awalnya dia hanya di jebak tetapi Moon Il Suk (pembunuh sebenarnya) sangat kahawatir jika Jang Tae San terus hidup kejahatannya lama-lama akan terbongkar, untuk itu dia menyusun cara supaya Jang Tae San terbunuh dipenjara dengan cara bekerja sama dengan tahanan ( Suruhan Moon Il Suk ) dan mengakhiri nyawa Tae San. Tidak ada satu orangpun yang percaya terhadap Tae San, walaupun Tae san sudah meyakini detektif dan polisi bawha hidupnya terancam di penjara. Tae San tidak ingin mati ataupun terluka karena dia akan menjadi pendonor sum-sum tulang belakang untuk putrinya, sementara seorang pendonor harus sehat jauh dari infeksi, dan hari di mana operasi putrinya tersebut tepat 2 minggu lagi, untuk itu dia dengan nekadnya memutuskan melarikan diri, karena dia tidak percaya siapapun saat itu, dia berjuang sendiri untuk mengurus hidupnya sekaligus sembunyi dari kejaran polisi, banyak sekali pengalaman saat dia menjadi buronan, sampai pernah dia menolong ibu-ibu yang sedang melahirkan di sebuah desa, itulah salah satu bagian favorit saya saat menonton seorang mantan bandit mencucikan popok bayi ibu-ibu yang baru dia temui saat menjadi buronan, hal yang paling aku suka lagi saat adegan ketika Tae San berbicara pada mantan kekasih sekaligus ibu dari putrinya bahwa dia tidak ingin mati sebelum menyelamatkan putrinya Soo Jin, walaupun dia harus mati tetapi dia harus menyelamatkan putrinya terlebih dahulu.
Di episode 10 terlihat bahwa Tae San dan kekasihnya tersebut mulai CLBK, karena In Hye ( Kekasih Tae san ) baru tahu kalau Tae San meninggalkannya 8 tahun lalu, untuk menyelamatkan In Hye karena Tae San di Ancam oleh  Moon Il Suk akan mencelakakan In Hye.
berlanjut Ke Episode 11, Tae San akan bekerja sama dengan jaksa untuk menemukan kamera yang menjadi barang bukti kejahatan Moon Il Suk, kamera tersebut pula awal perseteruan Moon Il Suk sehingga terjadinya pembunuhan yang mengorbankan Jang Tae San,


Beberapa Pengalaman Jang Tae San saat menjadi buronan selama dua minggu 

1. Jang Tae San berkata "Nasi yang baru di kukus terasa lezat, aku tidak menyadari sebelumnya"  Dia berkata seperti itu saat disuguhkan makanan di rumah jaksa, jelas dia berkata seperti itu karena selama beberapa hari dia makan tidak layak dan jarang
2. "Bayi ini mempunyai tangan yang kecil, serta mempunyai kuku, sangat luar biasa, apakah seperti ini juga yang di alami Soo Jin ( Putrinya ) dia dengan susah payah bisa hidup" Dia berkata seperti itu saat membantu seorang ibu hamil dan berhasil menyelamatkan seorang bayi , serta sempat mencucikan popok ke esokan harinya.
3. Menagkapkan ayam untuk nenek di sebuah desa
4.Bertemu dengan seorang ahli obat-obatan herbal, oleh pria inilah Jang Tae San di obati dengan luka tembak
5. Jang Tae San beberapa kali merubah penampilannya supaya bisa berjalan-jalan di tempat umum


Itulah sedikit ulasan tentang serial drama Two week, hanya sedikit yang saya bahas, masih banyak hal yang menarik dari drama ini setiap episodenya, setiap episodenya sangat bermakna dan tidak ada hal sia-sia di dalamnya, saya merekomendasikan drama ini untuk di tonton.







.
Jang Tae San mengembalikan boneka tintin pada Soo Jin seperti janji mereka di episode satu. How adorable you are, Soo Jin-ah... Eonni jatuh cinta padamu.

Bonus foto :



Kamis, 10 Oktober 2013

Cerpen "Berhentilah Mencintaiku"



Cerpen
Berhentilah Mencintaiku

Karya Mira R. W

Dia menatapku terus beberapa saat dengan wajah yang cemas, tidak lama setelah itu dia yang saat itu di sampingku mencoba merapikan rambutku dengan tangannya akibat air hujan yang membasahi rambut ku saat tadi kami berlari mencari tempat berteduh akibat hujan yang deras ini. Walaupun sudah menemukan tempat berteduh tetapi aku merasa kedinginan sampai-sampai bersin tiba-tiba, sementara dia sesekali menatapku lalu menatap langit seolah matanya berbahasa ingin cepat-cepat hujan segera reda
“Bagaimana ini hujan belum juga reda, padahal sudah larut malam!” Kata Addy
“Emhh” Aku malas berkata-kata di saat cuaca yang sedingin ini
“Aku memikirkan ibumu, dia pasti khawatir saat hujan di malam hari kamu tidak berada di rumah”
“Mau bagaimana lagi kak, berdoa saja hujanya cepat reda, bersabarlah”
“Aku tidak apa-apa aku hanya menghawatirkanmu, jika saja aku tidak mengajakmu bertemu di sini, padahal tadi cuaca sudah mendung, tapi aku terlalu memaksakan untuk bertemu kamu” tiba-tiba wajahnya lesu menujukan rasa penyesalannya
“Jangan menyalahkan diri seperti itu, aku juga sama ingin bertemu kakak, lagipula setelah hari ini kita akan jarang sekali bertemu, aku tidak tahu berapa kali dalam satu tahun kakak akan menemui aku di sini!”
“Pasti sesering mungkin aku menemuimu, tidak usah khawatir, asal kamu janji di sini menugguku!”
Aku menagguk kepala perlahan, lalu berkata kembali “Setelah selesai sekolah nanti, aku juga ingin bekerja di bekasi supaya dekat dengan kakak!”
“tentu, sebisanya akan ku bantu, kamu di sini yang rajin ya sekolahnya”
“Iya, pasti”
Beberapa saat kemudian di sebuah jalan yang sempit di depan kami melaju sepeda motor kecepatan tinggi, tumpahan airnya menciprati bajuku yang setengah basah kini mulai tambah basah di tambah lagi dengan kotornya air dari tanah, wajahkupun tak luput dari tumpahan air, seketika Ka Rady mengeluarkan sapu tangannya dan mengelap wajahku yang telah penuh dengan air hujan, sangat penuh perasaan, dalam situasi seperti itu dia mencium bibirku yang membuat tubuh ini terasa hangat, tapi segera di hentikan karena dia tersadar kami berada di tempat umum, lalu hujanpun sudah mulai tidak deras lagi, kami yakin gerimis ini sangat lama, akhirnya kami memutuskan untuk jalan kaki menyusuri jalan yang sepi, Dia memayungiku dengan jaket yang telah di copot dari badannya, akupun merasa sedikit hangat tapi aku melihat tubuh dia menjadi sasaran air gerimis, aku jadi merasa bersalah pada dia, padahal besok hari pertama ia bekerja.
Tibalah di depan rumahku,
“Ka ayo masuklah kita keringkan pakaianmu”
“Tidak hari ini aku harus ke terminal bis, sebentar lagi jam 8 bis terakhir jurusan bekasi jika dari terminal Riuh Wana, maaf ya kakak tidak bisa mampir”
“Tapi kakak kan belum bawa perlengkapan untuk besok”
“justru itu kakak mau ke rumah dulu ambil tas, jadi waktunya mepet, lalu pergi ke terminal bis Riuh Wana”
“Jika seperti itu, tadi saat terakhir aku bisa main berlama-lama bersama kakak”
“Tidak perlu khawatir aku sering kesini ko”
“Pasti besok akan terasa sepi karena tidak ada kakak”
“jangan bersedih aku janji liburan aku ajak main ke sana”
Kakakpun berlalu dari pandanganku, aku masih menyaksikan dia berjalan di bawah gerimis malam ini, tidak terasa air mata inipun menetes menyaksikan kakak pergi, aku usap keras air mata di pipi ini, karena aku yakin akan bertemu kakak kembali dalam situasi berbeda, saat dia telah sukses dan telah berhasil menggapai impiannya.
Hari pertama tanpa dia terasa sepi, aku sms dia, walau aku tahu dia sedang sibuk, tidak di balaspun tidak apa-apa aku tidak ingin mengganggu dia, ternyata walaupun dia sedang sibuk dia sempat membalas smsku walaupun balasanya tealt, aku sms siang dia balas malam, tapi tidak apa-apa aku sudah sangat senang mendengar kabarnya,
Satu bulan berlalu, aku mengharapkan dia segera kembali aku membujuk dia untuk pulang menemui aku tapi katanya bulan ini tidak bisa dia mengabariku lewat sms
“Maafkan aku untuk sekarang belum bisa pulang, banyak lembur di pekerjaanku”
Walaupun perasaanku kecewa aku bisa memakluminya karena dia baru saja satu bulan pekerjaannya, demi kemajuan dia aku tidak pernah mengeluh soal itu, waktu sebulan kedepan terasa melambat, mungkin karena perasaanku yang mendesak ingin bertemu dia, aku beraktifitas seperti biasa, aku kecewa lagi karena tiga bulan berlalu dia belum bisa pulang, dan aku dapat kabar bahwa dia akan pulang dua bulan lagi.
Sepulang sekolah hari rabu pukul 1.30 siang aku tiba di rumah, setelah membereskan badan dan rumah aku bergegas pergi ke warung untuk membantu ibu berjualan sampai sore, warung ibu sedang ramai-ramainya sehingga aku dan ibu keteteran untuk melayani pengunjung, tapi walaupun demikian aku senang bisa turut serta membantu ibu, tidak lama setelah itu sahabatku Sinta datang berkunjung ke warung dan menyapaku
“Hay .... Puji”
“Ehhh, kamu Sin !”
“Sepertinya lagi sibuk ni! Aku bantu ya!”
“tidak usah, kamu duduk saja!”
“ayolah, aku bantu beres-beres tempat ini, nanti pelanggannya kabur lagi lihat tempat kamu berantakan!”
“Iya, baiklah, terimakasih ya Sinta”
Sinta mulai membantuku sementara aku melayani pengunjung, setelah sinta selesai membantu lalu dia duduk sambil menyeduh kopi dan aku masih sibuk bekerja, akhirnya malampun tiba, aku beristirahat dan Sinta duduk di sampingku, seperti biasa kami saling curhat, sampai akhirnya obrolan tertuju pada sesuatu
“O iya Puji, kamu sudah punya pacar belum? Aku kenalkan teman aku mau gak? Dia orangnya baik lo!”
“Emhh... aku kan sama kak Addy”
“emhhh? Emang kamu masih sama dia, aku kira kalian sudah ...... udahan” Kata Sinta dengan nada canggung
“Masih ko” Kataku sambil tertunduk
“Bagaimana kabarnya? Apa dia baik-baik saja? “
“Emhh itu.... itu... Aku kurang tahu, jarang kasih kabar sih”
“Emhhh, Emang dia tinggal di bekasinya daerah mana sih?”
“ohhh itu... aku tidak tahu, belum tanya”
“Tidak tahu?, emang dia kerja di bagian apa?”
“mmm aku tidak di kasih tahu!”
“Katanya masih hubungan ko serba tidak tahu sihh?”
“mumunggkin dia sibuk Ta”
Sinta mulai mengerutkan dahi seolah ada yang salah dengan jawabanku, kemudian dia menatapku lagi
“Tapi aneh kenapa kalian tidak bersama saat acara ultah Arin kemarin, Ady terlihat sndirian, Apa kamu tidak di ajak?”
Aku kaget mendengar ucapan Sinta, bahkan aku tidak tahu bahwa Ady sempat pulang bulan lalu saat ada acara ulang tahun Arin, aku tidak begitu kenal dengan Arin sehingga aku tidak datang ke acaranya tersebut,
Aku terdiam larut dalam lamunan sementara Sinta menepuk bahuku sambil berkata kembali
“Puji kenapa? Ko diam”
Aku hanya menggelengkan, Puji sadar dengan perubahan sikapku, ia membicarakan tema lain saat obrolan malam kita berdua
“O ya? Minggu depan kamu ke rumahku ya!, aku mau belajar membuat kue kering sama kamu”
Aku yang sedang tidak konsentrasi tidak merespon obrolan Sinta, seolah masih penasaran terhadap Ady
“apa benar Ady sempat pulang bulan lalau?”
“iya tapi cuman satu hari ko, lalu setelah itu pergi lagi!”
“Walaupun cuman satu hari seharusnya dia kasih tahu aku”
Aku melamun sepanjang malam, obrolan malam Aku dan Sintapun berakhir, Aku tidak bias tidur Karen atahu Ady tidak memberitahuaku kepulangannya, padahal sudah 6 bulan aku menunggu kehadirannya, aku mencoba menghubungi dia tetapi Hpnya tidak aktif, aku sangat sulit menerima kenyataan bahwa dia berniat menggantungkan hubungan ini, aku tidak pernah menyangka dia sanggup untuk melakukan hal semacam ini terhadapku, ketika aku membayangkan keramahannya saat bersamaku mustahil sekali jika dia ingin mengakhiri dengan cara seperti ini, maka dari itu aku terus berbaik sangka pada dia walaupun tidak ada alasan untuk aku untuk membenarkan tindakannya itu.
Aku selalu memakluminya, walaupun di luar batas apa yang semestinya harus aku maklumi, 1.5 tahun berlalu tanpa waktu yang cukup lama buatku untuk merasakan setiap hari kegelisahan dan kesetiaan tanpa kabar berita, teman-temanku bilang ini lelucon, aku seharusnya melupakan dia, tetapi aku tidak pernah bisa melakukannya. Gerimis di sini mengingatkan aku akan suasana yang sama ketika aku terakhir kali aku bertatapan dengannya, aku ingat dengan jelas raut wajahnya yang menghawatirkanku, dan aku masih ingat sorot matanya yang berbahasa bahwa aku harus menuggu dia. Ketika aku berada di kursi teras rumah Hpku berbunyi dan aku dapati kabar bahwa Addy akan pulang besok.... aku beranjak dari tempat dudukku, seolah tak percaya bahwa dia akan kembali besok, aku mendapatkan pesan dari dia sendiri. Maka dari itu aku bersiap-siap untuk bertemu dia yang sudah hampir 2 tahun tidak pernah aku temui
Keesokan harinya saat pagi hari
Saat itu hari Sabtu pagi, aku meliburkan diri dari sekolah, Addy memintaku untuk bertemu di rumahku, tadinya aku yang ingin datang ke rumahnya tapi selalu di larang, sejak dulu memang aku tidak pernah di ijinkan untuk berkunjung ke rumahnya, sejak kamu hubungan 4 tahun yang lalu, saat itu aku masih SMP dan dia kakak kelasku.
Kemudian suara sepeda motor berhenti di depan pagar rumahku, ada seorang pria tampan yang sulit aku kenali, ternyata itu adalah Addy, dia lebih tampan dan rapi dari sejak dulu, selera fhasionnyapun meningkat. Aku menghampirinya dan membukakan pintu gerbang untuknya, kemudian iapun masuk dengan langkah yang belum pernah aku lihat sebelumnya dari dia, cara berjalan seseorang yang lebih percaya diri dari sebelumya, saat bersama dia melemparkan senyumnya kepadaku dan mengusap lembut rambutku, sementara di tangannya memegang bingkisan untuk di berikan padaku, aku sangat senang menerimanya, banyak hal yang berubah dari dia, tapi ada satu hal yang merasa membuatku tidak nyaman, dia seolah merasa canggung denganku seolah aku ini orang asing baginya, mungkin karena sudah terlalu lama tidak saling sapa, perbedaan padanya bukan saja di situ tapi cara bicaranya padakupun berbeda, aku bertanya padanya dengan suasana haru
“kakak kemana saja, kenapa jarang sekali beri aku kabar?”
“hehehe maaf ya, aku gunta ganti no hp, no hp kamu ada di no yang satunya, yang itu jarang di buka sih, kalau lagi pengen aja!”
“ohh” kataku tanpa protes
Seolah tidak puas dengan jawabanya akupun kembali bertanya pada Addy yang sedang menikmati kopi yang baru aku sajikan
“Tapikan setidaknya No hp bisa di salin, Kenapa kakak tidak melakukannya?”
“Sudah lah Zi masalah seperti itu tidak usah di lebih-lebihkan” Kata dia sambil terus megaduk kopi lalu meminumnya kembali
“Itukan hal yang wajar untuk aku tanyakan ka!”
“Terus maunya kamu aku seperti apa?” Sambil mengerutkan dahi
Aku yang tidak ingin membuat suasana menjadi tidak nyaman tidak berniat mengeluarkan keluh kesah di hati, sebisanya aku tidak ingin membuat dia marah
“Tiddak kak usah di fikirkan.... maafkan aku kak”
Raut wajah kesalnya masih terlihat seolah berbahasa dia tidak nyaman dengan situasi ini, aku mencoba mengalihkan pembicaraan saja.
“Kakak betah ya di sana? Kerjanya di bagian apa?”
“Lumayan betahlah, di bagian accounting”
“Kontrakan kakak ke tempat kerja jauh gak?”
“Lumayan dekatlah paling 10 menit sampai”
“kakak makan beli ya?”
“Iya beli aja, aku kan gak bisa masak!”
Tanpa ku sadari ternyata obrolan kami hanya satu arah, aku bertanya dan dia menjawab seperlunya, dia tidak bertanya balik ataupun sekedar menanyakan kabarku seperti apa.Kemudian obrolan kami terhenti dan dia pamit untuk pulang, dia pamit kepadaku dengan cara yang biasa layaknya teman biasa, aku ingin menahannya pulang , dan membiarkan dia sedikit lebih lama di rumahku, tapi entah mengapa aku menjadi tidak berani padanya, canggung, tidak seperti dulu, aku sering sekali membujuk dia untuk di dekatku lebih lama, dan dia selalu mengabulkan keinginanku, sementara dia berlalu dari pandanganku dan pergi menemui keluarganya lagi.

Aku yang merasa tidak nyaman dengan hubungan ini, berusaha memperbaiki hubungan, aku berniat memberanikan diri mengunjunginya ke Bekasi sendirian Minggu depan, itung-itung kejutan karena tepat pada waktu itu dia berulang tahun. Aku membeli sebuah kado sederhana hasil tabunganku menyisihkan uang jajan, dan untuk ongkos ke bekasi aku terpaksa uniko ( usaha nipu kolot ) dengan rasa gemetar karena baru pertama kali aku melakukan ini pada ibuku,
“Ibu maafkan aku, aku janji uangmu akan aku ganti setelah aku lulus sekolah nanti, cuman beberap puluh ribu aku pinjam” aku berkata dalam hati sambil memijam uang ibu dengan sembunyi-sembunyi, aku membuka laci tempat warung dan mengambil seperlunya.
Satu minggu berlalu hari yang ku tunggupun tiba, aku akan berangkat ke Bekasi, jujur saja sebenarnya aku belum tahu di mana tepatnya Addy tinggal, aku masih menuggu sms dia, tapi tidak aktif, dan harapanku adalah informasi dari Rama sahabat Addy, aku mencoba memberanikan diri bertanya pada Rama, sementara posisiku sekarang berada di dalam bis menuju Bekasi, aku sangat cemas karena Rama belum membalas SMSku, 20 menit berlalu dan akhirnya informasi yang aku inginkan telah aku dapatkan, yaitu alamat lengkap Addy yang dengan susah payah aku tanyakan ke teman-teman Addy yang sebenarnya aku tidak pernah bertatap muka dengan mereka, melainkan dari facebook semata.
Entah mengapa aku menjadi seberani ini keluar dari sikapku yang pendiam, mungkin karena aku sudah merasa bosan dan jenuh menuggu dengan pasrah tanpa ada kabar.
Setelah tiba di sana aku kebingungan karena suasana tempat ini begitu berbeda dari suasana tempat tinggalku yang dingin dan sepi di daerah Lembang, Keringat mulai bercucuran di dahi, sementara uang di tasku pas-pasan, aku mencari alamat yang di berikan Rama dengan sesekali minta petunjuk dia arah dan jalan yang benar supaya aku tidak nyasar, perasaan lega datang saat aku berhasil menemukan alamatnya, tetapi aku masih belum bisa masuk ke rumah Addy karena dia masih kerja, akupun duduk dengan lesu di depan warung kecil tepat di sebrang kontrakan Addy, sambil menunggu jam 5 sore saat dia tiba di kontrakan, aku melihat jam tangan yang masih menujukan pukul 3.
Sejam kemudian aku merasa tidak nyaman duduk terus menerus, tetapi percuma juga aku tidak tahu daerah sini aku melihat dari sebrang jendela Addy terbuka saat jam 4 sore, aku memberanikan diri menghampiri rumah dengan hadiah di tanganku yang sudah dari seminggu yang lalu aku persiapkan, ketika aku akan mengetuk pintu niatku ku urungkan saat melihat ada sepasang sandal wanita di depan rumah Addy, niat untuk membuka pintu aku teruskan, tapi ada hal lain yang menyelimuti hatiku sehingga aku biarkan pintu itu terbuka tanpa mengetuknya, aku langkahkan perlahan kakiku beberapa langkah ke dalam, dan di situ aku melihat sesuatu hal yang tidak semestinya aku lihat, addy sedang bersama wanita dan mereka berdua berciuman,
Aku tidak bisa menolak air mataku yang semakin mendesak tanpa aku ijinkan, langkahkakiku melemas tidak ingin lagi melihat pemandangan itu yang berlangsung cukup lama... aku berlari ke luar, tanpa aku sadari daerah ini asing untukku, aku duduk di teras sebuah toko dengan perasaan yang kacau di sertai lapar.
Aku akhirnya mencari-cari penginapan, rencananya besok pagi aku akan pulang, saat di jalan aku kaget karena berpapasan dengan Addy sedang berjalan dengan seorang wanita yang tadi aku lihat, parasnya sangat cantik dan sexy,, Addy tiba-tiba melirik ke arahku beberapa menit, aku yakin bahwa Addy sadar yang dia lihat adalah aku dan aku juga menatapnya dengan mata sedikit membengkak karena air mata, tapi yang aku tidak habis fikir dia mengakhiri pandanganya begitu saja, seolah tidak mengenalku.
Aku telah menemukan penginapan sederhana, di sana aku melamun kebingungan, ternyata biaya penginapan disini mahal, aku tidak akan pernah menyangka berakhir dalam kebingungan seperti ini, karena sudah terlanjur lelah aku memutuskan ambil penginapan itu, aku berbaring tetapi tidak tidur, ragaku lelah tapi fikiranku terus berputar dan mengingat-ingat kejadian tadi yang begitu menyakitkan, teryata penantianku selama ini sia-sia dan memang aku terlihat konyol harus menuggu dia. Aku tidak juga terpejam sampai jam 3 pagi walaupun tubuh ini sudah lemas, aku baru bisa memejamkan mata jam 3 lewat
Hari berlalu sampai esok pagi, aku bangun kesiangan, rencananya aku akan pulang pagi ini, tetapi entah kenapa hatiku selalu membujukku untuk bertemu dengan Addy dulu sebelum pulang, padahal sudah jelas-jelas dia menyakitiku, tetapi hati ini tidak pernah bisa membencinya,, aku tahu hari ini dia libur, jadi aku pergi ke rumah dia pagi-pagi, di perjalanan ke rumah Addy perutku mulai mendesak minta di isi, tetapi uangku pas-pasan untuk ongkos pulang ke lembang dan untuk ongkos ke perumahan milik Addy.
Akhirnya tiba di depan Rumah Addy, aku mendesak dia minta di jelaskan apa yang terjadi, tanpa basa-basi aku menghampiri dia yang sedang minum kopi di teras depan
“kakak? Kenapa kakak seperti ini padaku, kemarin kita bertemu seolah-olah kakak tidak pernah kenal denganku?” tanya aku mendesak tapi masih dengan bernada halus
“Aku yang harusnya bertanya padamu, kenapa kamu datang kesini tanpa memberi tahu aku dulu?”
“Aku berusaha memberitahu kakak tapi no hp kakak tidak aktif!”
“Jika tidak aktif kenapa memaksakan kesini?”
“karena aku pacar kakak, aku ingin memberi hadiah ulang tahun pada kakak, walaupun kakak tidak pernah mengabariku”
Addy terdiam menatap iba padaku, tetapi hatinya tidak bisa luluh dia hanya merasa iba saja padaku
“Puji, aku kira kamu akan mengerti dengan perubahan sikapku, tanpa harus aku bilang putuspun seharusnya kamu mengerti, dulu aku mengaggapmu cinta monyet saja, cinta terhadap kakak kelas terhadap adik kelas, waktu itu aku belum dewasa”
Dahiku mulai merengut tanpa membalas perkataan Addy aku terdiam dengan tangis tertahan, dia berkata lagi padaku
“dan aku tidak pernah menyangka kamu akan seberani ini untuk datang ketempat ini, aku sebenarnya menghawatirkanmu karena tempat di sini rawan kejahatan, tapi kemarin jujur saja aku sedang bersama pacarku, tidak mungkin aku menemuimu”
Dahiku makin mengerut dan meneteskan air mata penuh, aku tidak menyangka Addy akan berbicara seperti itu
Aku yang sudah tidak mampu berkata-katalagi hanya tertunduk sementara Addy terus berbicara
“Maafkan caraku yang salah, tadinya aku ingin perlahan-lahan melepaskanmu supaya kamu tidak terlalu sakit hati aku tinggalkan, mulai dari menjauhimu, tidak memberi kabar padamu, dan benar-benar meninggalkanmu, aku kira sikap diammu selama ini respon bahwa kamu sudah siap hidup tanpaku!”
“Kamu salah, seharusnya jangan pernah biarkan aku menuggu, sesakit hati apapun aku tidak akan pernah bisa membencimu Addy” Kataku sambil meneteskan air mataku yang menderas
“Berhentilah mencintai orang yang selalu membuatmu terluka, berhentilah mencintai aku, jika kamu tetap mengharapkan aku, air mata itu akan lebih banyak mengalir sia-sia”
“Kata-kata itu seharusnya kamu katakan dari dulu, sebelum aku menuggumu hampir dua tahun dengan penuh rasa sabar, waktu dua tahun memang singkat, tapi dalam hal menuggu kepastian itu adalah waktu yang sangat lama dan melelahkan”
Addypun terdiam mulai merasa bersalah, raut wajah angkuhnya mulai pudar, dia seoalah mamahami kini bahwa sepenuhnya dia yang bersalah
Dia membawaku ke dalam rumahnya, perbincangan kita di depan rumah berakhir sejenak, dia menuangkan segelas air pada gelas untuk di berikan padaku
“Minum lah zi, lalu rapikan rambutmu terlihat berantakan”
Dia masih sedikit perduli padaku dia menyisiri rambutku yang belum sempat aku rapihkan, aku memandanginya penuh harap, tapi aku tidak pernah melihat sorot mata cintanya seperti dahulu, walaupun seperti itu sikapnya mulai melunak dan ramah terhadapku
“Addy, maafkan aku, kamu sudah baik padaku dengan berusaha tidak menyakitiku, walupun cara kamu salah tapi aku menghargai maksudku”
“Kamu ini aneh, sungguh polos, aku sudah melukaimu jangan minta maaf padaku, itu malah membuatku lebih merasa bersalah, aku yang harusnya minta maaf karena tidak pernah bisa menepati janjiku untuk terus bersamamu”
Aku menyandarkan bahuku di kursi dia berkata kembali “ Puji tapi aku harap kamu segera pulang, ibumu pasti kahwatir anak gadisnya pergi jauh-jauh, lagipula aku jujur saja kahwatir pacarku melihatmu dan salah paham”
Rasa cemburu menghampiriku kembali ketika mendengar Addy menghawatirkan pacar barunya.
“tapi Kak Addy, aku sudah tidak punya uang lagi, aku pinjam ya!” Kataku tanpa rasa malu
“aku antar saja kamu sampai rumah”
“Kakak kan pasti sibuk”
“Tidak... jangan terlalu di fikirkan masalah itu”
“Terus sebelum pulang aku ingin makan, aku belum makan dari kemarin, perutku mendesak-desak minta di isi”
Tanpa fikir panjang Addy memberi aku hidangan yang cukup mahal berada di atas meja makan, aku yang dari kemarin tidak makan, melahap santapan dengan banyak dan cepat, tanpa sadar mata Addy terus menatapku tanpa henti, tatapan yang begitu berbeda aku rasakan,tatapan Addy dulu saat berpacaran penuh rasa kkasih, seolah kembali ke masalalu yang membuatku bahagia, tapi aku segera akhiri fikiran-fikiran itu, fikiran yang membuatku salahfaham dan terlena, yang bisa saja melukai hatiku lagi bahkan lebih dari ini nantinya, sementara aku terus menyantap makanan tersebut hingga habis Addy masih saja menatapku.
Addy lalu mengantarkan aku pulang menggunakan bis umum, rencananya setelah mengantarku lalu dia langsung kembali lagi, suasana bis saat itu sepi aku duduk di samping Addy, aku tahu pria yang berada di sampingku bukan kekasihku lagi tetapi selama perjalanan aku bersandar di bahunya, dan Addypun membiarkan tingkahku itu. Aku berfikir mungkin ini yang terakhir kali aku melakukannya.
“kakak, ijinkan aku seperti ini, soalnya besok dan besoknya lagi dan seterusnya lagi aku tidak akan pernah merasakan kehangatan bersama kakak lagi seperti ini” Kataku lirih
Addy mengusap-usap rambutku tanda setuju.