Minggu, 17 November 2013

Cerpen "Cintanya dan Sebelah Kakinya"


Cerpen Romantis

Judul : Cintanya dan Sebelah Kakinya

Karya : Mira Restya Wardhani


Pagi bergerimis ini tidak menyurutkan semangat aktifitasku untuk bekerja, ditemani  segelas teh hangat mengiringiku dalam mengisi hariku yang penuh kesibukan, aku selalu menikmati pekerjaan ini menjadi seorang Desain Interior, bekerja sekaligus menuangkan hobby yang aku senangi ini, berbagi kreatifitas yang ada dalam fikiranku dan sekaligus mengisi pundi-pundi penghasilanku.
Aku memiliki sahabat Pria yang sering aku jadikan tempat berbagiku, berbagi kesibukan juga liburan bersama, akhir pekan sering dilewati berdua, meskipun aku seorang wanita ketika bekerja dia seering memanggilku Ketua, meskipun sebenarnya jika dilihat dari lama bekerja aku adalah juniornya, tetapi dia mengakui keunggulanku dalam bekerja dalam bidang ini,  meskipun aku dan dia sering bersama, bercanda bersama dan sering bertengkar tentang hal sepele, dia mengakui padaku bahwa dia tidak ada perasaan suka padaku.
“kamu ini bukan typeku, aku menyukai wanita anggun, tetapi aku nyaman jika curhat denganmu”. Dia berkata padaku suatu kali saat sedang jalan bersama
“jangan kahwatir, aku gak akan salah faham meski kita sering bersama, kamu teman terbaiku” jawabku padanya saat itu
Kitapun terlalut dalam senyum melewati malam bersama tetapi bukan kencan.
Suatu saat ada hal yang membuatku jenuh dan sepi, ketika dia mempunya kekasih yang sesuai harapannya, lembut, manis, manja, dan anggun, dia jarang menghubungiku dan aku juga menjaga jarak dengannya karena pacar barunya type wanita pecemburu, sedangkan aku orang yang membatasi diri bersosialisasi jika bukan orang yang benar-benar cocok denganku, sebenarnya banyak teman / rekan kerja di sekelilingku yang baik tetapi bagiku teman dan sahabat itu berbeda, Teman bisa berbagi cerita tetapi sahabat akan lebih dari itu, memberikan solusi dan akan bersedih ketika kita bersedih, Sahabatku Dhika sudah punya kesibukan lain, dan mempunyai kebahagiaan lain bersama pacar barunya, akupun mulai kesepian.
Hari libur aku lewati sendiri, malam minggu kini sepi, dan Dhika selalu memperoloku karena masih jomblo di usia 22 tahun ini.
Suatu malam Dhika dan kekasihnya Putri mampir ke rumahku, Mereka berbincang bersama di depan rumah dan aku menonton tv didalam, saat Sepasang kekasih Dhika dan Shela sedang asik berbincang aku menghampiri mereka, sebenarnya tidak ada masalah bagiku jika mereka berbincang, tetapi yang aku permasalahkan adalah tema yang mereka bicarakan adalah Aku, mereka tidak sadar ketika berbincang ada aku mendengarkan dari belakang,
“Dhika, temanu itu aku lihat jarang bersama pria, dia belum punya pacar ya!”
“Dia orangnya terlalu sibuk kerja sih yank!”
“tapi dia gak suka sama kamu kan? Aku cemburu soalnya”
“enggak lah, setauku dia memang kaya gitu, terlalu keasikan bekerja sampai lupa urusan asmara!”
“Benarkah?”
“benar, kamu lihat saja penampilannya seperti tukang bangunan, benar-benar cuek, kadang taruh pensil di atas telinga, hehehe”
Aku mendengarkan dengan jelas di belakng dan berkata pada Dhika “ terus apa lagi? Setelah mirip tukang bangunan terus apa lagi?”
Wajah kagetnya tidak bisa dia sembunyikan ketika dia menengok ke arah belakang dan melihat aku yang telah berekspresi seperti orang yang mengajak perang
Dhikapun berkata dan terbata “mammakannya aku sarankan kamu pergi ke biro jodoh supaya mudah dapat jodoh......”

“buggg” satu pukulan dengan kekuatan penuh dariku pada bahunya dengan menggunakan gulungan koran teball
Tentunya aku tidak benar-benar marah pada Dhika karena dia selalu blak-blakan padaku, dan Dhika sering kena pukulanku yang tidak terlalu menyakitkan itu, walaupun aku tidak marah pada Dhika dan tidak pernah menanggapi candaanya tetapi kali ini perkataanya yang barusan masuk dalam memoriku dan menjadi tema dalam lamunanku dan mendominasi khayalan pribadiku.
Kemudian aku pergi melangkah kesebuah caffe yang sering aku kunjungi hampir tiap malam, karena jaraknya yang dekat dari rumahku tetntunya hanya seorang diri, bermaksud tidak mengganggu acara sepasang kekasih Dhika dan Shela yang masih berada di rumahku itu,pastinya aku mengijinkan mereka diam di rumahku walau tanpa aku, berhubung malam ini malam minggu tiba-tiba suasana hatiku menjadi panas, melihat di sekelilingku rata-rata pergi bersama pasngannya, aku mulai memalingkan wajahku ke kiri, terlihat sepasang suami istri sedang membawa anaknya, aku lalu memalingkan wajahku ke kanan terlihat sepasang kekasih saling berpegangan tangan, dulu ketika aku sering jalan bareng Dhika ini bukan suatu masalah buatku , tetapi ketika aku sering jalan sendiri terlihat jelas perbandingannya, bahwa aku butuh pasangan saat ini.
“Ya Allah dekatkanlah jodohmu untuku” Kataku berbicara sseorang diri
Beberapa menit setelah aku berkata seperti itu itu ada seorang anak kecil menghampiriku dengan sebuah lukisan seketsa pencil dan di taruhnya tepat di mejaku
“kenapa kamu taaaruh ini di mejaku?” tanyaku dengan wajah heran
“ini untukmu dari kakak laki-laki”
Kemudian aku perhatikan ternyata itu gambar wajahku aku termenung saat aku bertanya itu dari siapa tetapi anak kecil itu segera berlari sambil cengengesan
“tunggu ini dari siapa...? janagn pergi dulu......!” aku berteriak percuma
Sebuah lukisan sketsa dengan puisi di belakangnya jelas-jelas menyebutkan namaku “Puri....”
“wahh baru saja berdoa beberapa menit sudah di kabulkan, Ajaib ya” Kataku dengan wajah berseri-seri yang dadakan ini.
Sebagai seorang wanita tentu aku merasa bahagia dapat sebuah puisi dar pria walaupun aku belum tahu seperti apa orang yang memberinya yang jelas aku tetap menhargainya.
Internetan malam, aktifitas keduaku selain bekerja apalagi setelah sering di tinggal Dhika rutinitas internetanku menjadi bertambah sering. Setelah Dhika dan Putri pulang, akupun mengunci diriku di kamar sambil membuka akun gmailku
Ada sebuah lukisan yang masuk ke akun gmailku, lukiisan hasil tanagn itu telah di scan dan persis sekali dengan gambar yang aku terima tadi di caffe
“mungkinkah ini waktunya aku pacaran?” Fikirku dalam hati dengan wajah berseri-seri dadakan
Karena aku lebih sering buka akun FB daripada gmail aku tidak pernah tahu ada yang mengirimkan aku scan lukisan, ternyata sejak satu tahun lalu mungkin juga lebih terdapat puluhan scan lukisan di emailku dengan waktu berbebeda dan pose berbeda tidak lupa di sisipi puisi yang indah dari pengirim, entah itu buatan sendiri atau jiplakan dari orang lain aku belum memastikan soalnya sudah terlanjur senang duluan.
Berusaha mencari tahu siapa dia aku mulai chating dengan dia aku lihat dia sedang On tapi tidak di balas, beberapa menit berada dalam situasi degdegan akhirnya dia membalas juga dan aku dan dia berbincang dan berkenlan
Aku : malam
Dava :   malam juga J
Aku : Terimakasih lukisannya, itu buatanmu sendiri kan? Itu wajah aku ya?
Dava : Iya sama-sama, tetntu aku buat sendiri
Aku : Apa kita saling mengenal, lukisanmu sudah satu tahun belakangan memenuhi emailu, maaf aku jarang buka email yang ini
Dava: Aku tinggal dekat di tempat kamu tinggal dan sering berada di sekitarmu tetapi kita tidak saling mengenal ko
Aku: oh begitu, kenapa tidak menyapaku secara langsung jika kamu dekat? Kamu tahu alamat email ini dari mana?
Dava: Aku takut kamu tidak menaggapi sapaanku
Aku: Tentu saja sekedar menyapa aku tidak apa-apa! J
Kemudian dia tidak membalas lagi, tetapi aku lihat akunnya On, aku lihat profilnya, katanya tempat tinggalnya berada di sekitar tempat ku, tetapi aku serasa tidak pernah melihat dia  yang jelas foto profilnya tampan, apakah ini asli atau bukan aku juga belum  tahu, mudah-mudahan saja asli.
Aku buka album fotonya ternyata ini asli soalnya banyak sekali ketika dia bersama keluarganya dan aku lihat albumnya di unggah sekitar 4 tahun lalu, berarti 70 persen kemungkinan ini akun asli dan bukan akun dadakan.
Keesokan harinya aku dan dia Chating lagi, berlanjut hampir beberapa bulan, selain itu dia sering kirim aku kartu post bergambar menarik dengan sedikit puisi khas remaja, pernah tiga kali dia memberi aku cokelat di bungkus menarik dan unik itupun lewat kotak surat yang berada di depan rumahku. menurutku ini aneh katanya dia dekat tetapi kenapa tidak langsung menyapa. Aku jadi kurang respek sama dia jaga-jaga takutnya akunnya palsu dengan di pasang foto palsu yang tampan, tetapi yang aku salut sama dia lukisannya selalu ada setiap minggunya dan di scan, di wallpostnya juga lebih banyak scan lukisan pencil daripada status atau tautan, entah itu pemandangan, wajah, hewan, kaligrafi dan di setiap lukisannya ada tandatangan dia dan aku menduga kembali ini 70 persen asli hasil karya dia soalnya aku cari di image google tidak ada yang serupa dengan apa yang dia upload.
Suatu ketika aku bertanya masalah Hobby dengan teman Chatingku itu, yang  rutin setiap malam ku jalani hanya dengan dia, dan tidak terasa sudah 3 bulan jalan hanya berkomunikasi lewat Chating bersama dia.
Aku : kamu selain hobby melukis apa lagi?
Dava:  aku sedikit bisa main alat musik!
Aku: Apa kamu suka olharaga? aku suka cowok sporty hehehe :P
 Dava: sangat suka, cita-citaku dulu menjadi atlet tetapi sekarang tidak jadi.
Aku: tidak jadi kenapa?
Dava: karena kakiku......!
Aku: oh kakimu kenapa???
AKU : Kenapa tidak di balas?
Aku: kemana? Oh iya aku juga suka olahraga kapan-kapan bersepedah bersama yu, kalau tidak badminton bersama! Itupun kalau kamu mau!
Dia tidak membalas selama beberapa jam, hanya saja tepat tengah malam dia memberiku pesan lewat chatnya
Dava: Aku mennaggumimu setiap waktu, kamu motivasi aku di setiap imajinasiku, wanita tangguh yang selalu aku idamkan, karena aku lemah sedang kamu kuat seperti sebuah pohon yang tetap tegak di bawah angin yang dingin
Aku menggaruk kepala, tahu darimana dia tentang aku, dia asal tulis atau benar-benar untuk aku, jangan-jangan setiap apa yang dia tulis hanya sebuah puisi jiplakan, akupun mulai searching puisi dan mulai tanya-tanya siapa tahu itu hasil karya seorang yang terkenal yang tidak aku tahu, tetapi memang puisi tersebut sepertinya dia yang buat karena aku sudah berusaha mencarinya tetapi tidak ada yang serupa. aku semakin penasaran dan mendesak dia untuk bertemu, tetapi dia sering menolak secara tidak langsung, dia tidak akan membalas Chatinganku jika dimintai untuk bertemu.
Akhirnya dia meminta No hpku juga, aku lantas memberikannya setelah bulan ke tiga kita berkenalan ini, aku juga penasaran bagaimana suaranya, bagaimana sikap dia ketika berbicara, dan bagaimana cara dia berkomunikasi denganku.
Telponan Pertama
Malam ini aku baru saja bertelfonan dengan Dava, sangat di luar dugaan dia sangat kaku ketika berbicara, nada sendu sering mengiringi nada bicaranya, tetapi senyum hangatnya terdengar jelas di telingaku, tema yang jadi obrolanpun sangat menjenuhkan, dia tetap saja kaku walau aku sudah berusaha bercanda dengannya, hanya senyum hangatnya yang menjadi kebanggaanku walau aku tidak bisa melihatnya hanya mampu mendengarkan hembusan suara yang aku pastikan itu adalah senyum.
Telponan Kedua
Tidak ada perubahan yang aku rasakan, sama seperti telponan yang pertama
Telponan yang Ketiga
Ada sedikit perubahan dia mulai menaggapi candaanku
Telponan yang Keempat
Tiba-tiba dia menawarkan diri untuk bertemu
Dava: Aku ingin bertemu dengan mu Puri
Aku : Aku selelu meminta kita bertemu tapi kamu selalu menolaknya, sekarang kenapa tiba-tiba meminta bertemu?
Dava : kemarin-kemarin memang aku belum siap saja!
Aku : hemmmm
Dava : Aku takut pertemuan pertama akan menjadi pertemuan terakhir pula.
Aku : Kenapa bisa?
Dava : Nanti juga kamu akan tahu!
Aku  : Itu foto di akunmu aslikan?
Dava : Pasti itu asli
Aku : kamu tampan tetnu saja itu bukan pertemuan yang terakhir mudah-mudahan berkelanjutan, lagipula hobbymu banyak, menarik dan kamu berbakat hehe, aku suka pria yang aktif J
Dava : ya
Aku : Ayolah Dava jangan so misterius, aku tidak suka cowok terlalu misterius membuat kepalaku pusing saja, benar-benar membuat penasaran hehe.
Dava : Aku tidak misterius ko, besok kita akan bertemu, besok kan malam minggu, aku tunggu kamu di caffe yang waktu itu aku ngasih surat ke kamu tepat jam 7

Aku dan dia akhirnya janjian juga untuk bertemu pertama kalinya, aku sudah bersiap-siap dengan dandanan terbaiku, lagipula sehari-hari aku jarang memakai make up, perasaanku tiba-tiba menjadi gugup, setelah lama beberapa tahun jomblo akhirnya aku dekat juga dengan laki-laki spesial, kita janjian jam7 karena aku orangnya tidak sabaran aku datang setengah jamm lebih awal. Walaupun aku tahu akan mmenuggu tetapi itu bukan masalah buatku.
 “kamu di mana?  Aku duduk di meja no 3” sapa aku lewat telfon
“aku di belakangmu”
Dengan ragu dan degdegan ku putarkan sedikit kepalaku ke belakang, aku tatap wajahnya ternyata lebih tampan dengan apa yang ada di foto, berwajah bersih berseri, dengan senyumnya yang tulus, sepertinya dia begitu memperhatikan dirinya, pandanganku berlanjut ke bawah aku kaget melihat kakinya hanya sebelah. Tepat di depan mataku aku menyaksikan pria ini memang benar-benar cacat permanen dengan kaki yang sudah di amputasi, karena tadi aku sibuk menatap wajahnya aku baru sadar bahwa dia sedang memakai tongkat.
Diapun duduk di kursi dengan susah payah menggunakan tongkatnya, tetapi raut hangatnya tidak dapat aku pungkiri menyentuh hatiku, dia tersadar ketika aku terus memperhatikan kakinya.
“kennapaa?” tanya dia perlahan
“emhh tidak apa-apa” aku mencoba tidak menyinggungnya.
Dia selalu melepaskan senyum tetapi hanya sedikit kata-kata yang dia ucapkan, aku sendiri yang biasanya supel kali ini mulutku bera-benar terkunci, aku tidak tahu perasaan apa ini, perasaan kasihan atau perasaan bingung karena yang aku bayangkan pria yang akan bertemu denganku adalah seorang yang sempurna, dan aku mengira dia adalah calon atlet.
Kami mulai makan hidangan malam itu, aku tersenyum berat padanya, dia hanya tertunduk dengan senyum dingin
“Aku hari ini tidak bisa lama-lama sepertinya aku harus buru-buru pergi” Kataku setelah menyantap hidangan
“Tunggu dulu sebentar, aku sejak dulu ingin bertemu denganmu jangan dulu pergi” kata dia menahanku
“iyaa sudahlah” kataku
“Aku menagumimu sejak 3 tahun yang lalu tetapi aku tidak pernah berani mendekatimu karena kondisiku ini, lagipula aku tahu kamu seorang wanita yang aktif dan sedikit berpenampilan tomboy, sungguh terlihat tangguh,  jadi bisakah beri aku waktu beberapa menit lagi bersamamu dan mengenalmu?”
“ya tentuuu..........” kataku raggu
“emhh aku sudah menduga ketika bertemu denganmu itu seklaigus yang terakhir kita bertemu, tentu wanita sempurna sepertimu tidak menyukai Pria pincang sepertku” Katanya dengan nada keluhkesahnya.
“tidakk biasa saja tuhh.... ya lagipula aku bertemu denganmu hari ini sebagai teman saja kan?”
“iya sihhh, maafkan aku yang sudah terang-terangan menyukaimu”
“iyyya”
Diapun memberikan aku senyuman terbaiknya walaupun ketika berbicara aku tidak memberi senyum lagi kepadanya, hanya saat pertama kali menyapa saja aku memberi senyuman untuknya itupun juga hanya sekedar basa-basi.
Diapun pamit pulang, aku menyaksikan cara dia berjalan dengan tatapan iba, dia kembali tersenyum saat pulang tetapi aku tidak membalas senyumannya bukan karena membencinya hanya saja aku tidak ingin memberikan harapan kosong pada seseorang yang telah berputus asa. Akupun melangkah pulang dengan langkah hampa dan kecewa, sebagai seorang wanita aku ingin pria yang sempurna untuk di jadikan pacar, mungkin bukan ini waktu yang tepat aku berpacaran, setatus jomblo masih melekat pada diriku ini.

Aku melamun di tengah malam, hanya saja lamunanku tidak jelas arahnya, hanya beberapa penggal cerita  tidak jelas arahnya, hanya beberapa penggal cerita yang telah aku alami barusan, aku menyesal sudah menaruh harapna terlalu tinggi dari seorang yang belum teralu aku kenal.. Dan aku berusah amenghapus kenangan itu, kenangan beberapa bulan bersamanya diapun sudah tidak menghubungiku lagi.
Satu bulan kemudian
Aku badminton dengan rekan satu pekerjaanku, soal urusan olahraga memang aku menjadi unggulan, rekanku itu jelas kalah olehku, tetapi dia tidak pantang menyerah terus saja mencoba menantangiku walaupun kita sudah beberapa babak bermain untuk pagi ini, di sebuah bangku penonton aku baru tersadar ada seorang penonton tunggal menyaksikanku dengan tatapan dalam, dia adalah Dava, ketika aku balas menatapnya cukup lama, langkahnya bergeser perlahan menjauhi lapangan dan berpindah tempat, dia berjalan lumayan tergesa-gesa menggunakan tongkatnya tetapi masih bisa terkejar oleh langkahku yang memang Normal ini, akupun menghalaunya.
“tunggu, kenapa kamu pergi setelah aku melihatmu?”
“aku sudah puas menyaksikanmu tadi hehe, lagipula aku ada janji dengan adiku karena dia ada lomba marathon dari sekolahannya, dia memintaku untuk menyaksikannya! di arena sebelah sana” Lalu dia menujukan ke sebuah tempat yang sudah berkumpul banyak orang
“oh begitu rupanya, adikmu yang mana?”
“itu yang memakai kaost pink”
“oh cantiknya hehe”
“dia adik kesayanganku, aku harus buru-buru karena dia akan marah jika aku tidak melihat pertandingannya”
Dava melangkah terus menuju tempat Marathon tersebut, aku melihatnya dari kejauhan karena timbul dalam perasaanku sedikit rasa khawatir yang tiba-tiba, Aku melangkah juga ke tempat lomba adiknya Dava dari belakang, dan aku menyaksikan perlombaan sampai selesai, sesekali aku menatap ke arah Dava dan mulai tenang ketika menyaksikan kembali senyum hangat tergores dari bibirnya, dan aku melihat adiknya itu memeluk kakanya sesudah selesai pertandingan, sungguh membuatku iri karena aku tinggal jauh dari keluargaku, aku sudah lama tidak menyaksikan suasana kekeluargaan seperti itu.

Keesokan Harinya
Aku berkunjung ke tempat olahraga lagi, aku berpapasan dengan Adiknya Dava yang ku lihat kemarin, dengan ragu aku menyapanya.
“halo kamu adiknya Dava kan?”
“iya,,.. kakak siapa?”
“aku temanya” jawabku
“Oh iya aku tahu, aku pernah lihat wajah kakak dilukisan!”
“benarkah....? sebenarnya kami baru saja beberapa bulan berteman lewat internet, dan cuman baru sekali bertemu!”
“oh begitu,,,,”
“kamu ada perlombaan lagi hari ini?”
“tidak aku hanya latihan saja hari ini, minggu depan baru ada lomba lagi kak”
“wah rajin sekali kamu latihan hehe”
“tentu saja ini cita-cita aku soalnya hehehe, supaya buat kak Dava bangga juga terhadapku! J” kata Gadis remaja itu sambil tersenyum ceria
“wah kalian berdua sangat dekat ya..!” Kataku
“iya aku sangat sayang dia, lagipula dia yang menajariku berbagai cabag olahraga!” Kata dia dengan nada bangga
“mengajarimu? Tapi diakan.......”
“iya dia cacat, maksudku dulu sebelum dia seperti itu, dia calon atlet, tetapi cita-citanya terputus setelah menolongku dari sebuah kecelakaan, seharusnya aku yang dapat kecelakaan itu, tetapi dengan sigap kakaku melindungiku dan mengorbankan kakinya”
“emhhh apa?”
“iya.. dia bilang tidak apa-apa kakinya seperti itu demi orang yang di sayanginya, karena kakak tahu bahwa aku punya cita-cita sebagai atlet juga, kakak bialng aku harus jadi kebanggannya dan melanjutkan separuh dari cita-citanya yang telah terhenti selamanya, kakak bilang aku harus bahagia....”
“ohhhh” aku tidak bisa berkata-kata saat gadis itu bercerita
Tiba-tiba dia kembali bercurhat tanpa ragu padaku walaupun baru saja bertemu sekali ini denganku, mungkin karena karakter dia yang supel dan terbuka
“padahal aku celaka karena kecerobohanku sendiri, tetapi kakak tidak pernah marah padaku, aku sedikit kesal pada kak Dava karena dia terelalu baik padaku walaupun aku yang salah”
Lalu air mata gadis itu mengalir perlahan, tanpa sadar akupun meneteskan airmataku, tiba-tiba dia bersandar padaku yang mebuat aku sangat terkejut
“kakak... maafkan aku ya tiba-tiba curhat seperti ini, aku memang belum tahu nama kakak tidak pernah juga bertemu dengan kakak, tetapi aku tahu wajah kakak karena sering melihatnya pada lukisan kak Dava yang banyak di simpan di tempat kerjanya itu”
“tidakk apa-apa....” Aku mengusap rambut gadis itu seperti adiku sendiri, karena aku juga tiba-tiba ingat adiku di rumah orangtuaku di Bandung, aku mempeerlakukan dia layaknya kakak kepada adik kandung dengan memberikan senyuman terbaiku aku berkata kembali “di mana tempat kerja kakakmu?”
“kakak seorang seniman, dan seorang desain grafis, ruang kerjanya di samping Rumah kami, itu adalah ruangan pribadinya kakak, biar aku catatkan alamatnya untuk kakak.... emhhh siapa nama kakak??”

“namaku Puri”
“iya biar aku catatkan untuk kak Puri”
Gadis itu mencatatkan alamta Dava padaku pada sebuah kertas kecil, tentu saja aku langsung tahu tempat itu, karena tempat itu masih ada dalam lingkungan tempat kerjaku, akupun lantas bergegas pergi ke tempat Dava dengan sepeda motorku.
Tepat berada di depan ruangannya aku memperlambat langkah kaki ragu untuk masuk.
“Assalamualaikumm ! !”
Tetapi tidak ada jawaban, karena pintu terbuka dan ruangan itu cukup luas aku melangkahkan kaki menuju kedalam dan memberanikan diri dengan sedikit kelancanganku yang di paksakan, aku melirik kiri dan kanan banyak sekali terdapat lukisan, dan tepat di hadapan Dava aku berdiri memberikan jarak beberapa meter dari dia, tetapi dengan jelas aku dapat melihatnya, dia sedang membuat sketsa, entah apa itu aku tidak bisa melihat apa yang ada pada kertasnya, hanya saja aku dapat jelas melihat sorot matanya, sorot matanya itu seolah penuh harapan dan angan, aku menyukai sort mata seperti itu, perlahan dia mulai mengangkat wajahnya terhenti dari keseriusannya dan dia menatapku penuh heran.
“seddangg apa kamu disini?”
“aku sedang menghentikan kesunyian di tempat ini, aku ingin menemuimu” jawabku penuh sipu
“akuu kaget soalnya kamu tidak bilang mau ketempatku, maaf tempatku berantakan, butuh waktu lama jika aku membereskannya”
“tidak jadi masalah aku bisa mengertiko” jawabku seraya tersenyum
Maksudku bisa mengerti disini adalah, aku mengerti sangat susah untuk dia membereskan tempat dengan kondisi kaki seperti itu, dan sepertinya membutuhkan bantuan orang lain, padahal jika di perhatikn tempat ini memang tertata rapi, mungkin karena dia orangnya terlalu apik sehingga ada sesuatu yang tidak beres sedikitpun akan mengganjal di hatinya, aku mengetahuinya dari ekspresi wajahnya.
“Sebentar aku ambilkan dulu minum...”
Tidak jauh dari tempat ia duduk ada lemari es kecil, aku menduga lemari es itu sengaja di taruh disitu karena memudahkan dari jangkawan tangannya, tetapi kembali lagi aku menyaksin dia susah payah mengantarkanya kepadaku yang agak jauh dainya, aku pun berinisiatif mendekatinya “Terimakasihh” ucapku halus
Kelancanganku bertambah, saat aku mendekati meja tempat ia menggambar, aku melakukannya karena mengikuti rasa penasaranku, walaupun didalam hati ada perasaan tidak enak karena aku tiba-tiba datang dan tiba-tiba ingin tahu seluk beluk ruangan ini
Aku terkejut ketika dia menggambar wajahku kembali, seketika itupun aku tersipu
“Apa yang kamu lakukan ?” Katanya dengan wajah yang sedikit tersenyum
“Maafkan aku tetapi aku penasaran apa yang kamu gambar...”
Aku kaget saat melihat kertas tersebut adalah gambar wajahku akupun berkata kembali
“kamuu masih menggambar wajahku ternyata....?” J
Dia hanya tersenyum tetapi tidak menjawab
“kamu bilang sudah menyukaiku sejak tiga tahun yang lalu, benarkah itu?”
“ya mungkin juga lebih dari tiga tahun, aku sering melihatmu juga saat pergi badminton dengan temanmu, dan aku juga sering melihatmu di Caffe yang sering kamu kunjungi itu..”
“Benarkah...? aku tidak menyadari ada yang memperhatikan aku saat itu, terimakasihh!”
Dia kembali tersenyum saja ketika aku berbicara senyumnya tetap hangat
“Angin apa yang membuatmu tiba-tiba ke tempatku?” kata dia
“Aku ingin mengenalmu lebih jauh, malam nanti bisakah kita makan malam bersama?”
Wajahnya terlihat kaget, ekspresi yang baru pertama kali aku lihat dari wajahnya dan kemudian dia melebarkan senyumnya.
“Aku lumayan kaget kamu mengajakku makan bersama....!”
“Seperti kamu mengagumiku akupun mengagumimu... iya aku tersadar bahwa aku mengaggumimu dan sering memikirkanmu!”
“kagum terhadapku?” Kata Dava dengan ekspresi semakin heran
“iya.... Aku menaggumimu, dengan kondisimu seperti ini tetapi aku tidak pernah melihat wajahmu berkeluh kesah sedikitpun, malahan senyum hangatmu selalu nampak ketika kamu sedang berbicara”
“masa-masa kesedihanku sudah berlalu sejak 4 tahun yang lalu sejak aku kecelakaan, jika hari ini aku masih mengeluh, itu hanya akan membuatku menjadi seorang pecundang”
Akupun tersenyum puas mendengar jawaban dari dia, dan aku sendiri merasakan aku jatuh cinta kepadanya, dan aku tidak ragu sedikitpun untuk mencintainya, aku suka pria seperti dia penyabar sangat sayang terhadap keluarga, dan tetntunya banyak sekali potensi yang dia miliki karena dia seorang yang rajin walaupun langkah kakinya terbatas, tetapi dia tidak diam di tempat dan mengejar cita-citanya yang lain walau cita-citanya yang dulu sebagai atlet terputus untuk selamanya, tetapi dia mempunyai cita-cita yang baru dan  belajar dari 0 lagi yaitu sebagai seniman dan desain grafis kemampuannya yang baru memang tidak seberapa tetapi usahanya begitu keras, dan aku suka pria yang tidak gampang putus asa. Mungkin hanya baru itu yang aku bisa nilai dari dia karena aku baru mengenal dia beberapa bulan, dan belum tahu sifat jeleknya dia seperti apa.

Yang jelas aku berusaha mengenal dia lebih jauh dan mudah-mudahan jodohku adalah dia. Dan aku benar-benar berharap Jodohku memang dia. 
Kamipun sudah mengenal satu sama lain karena sudah rutin bertemu setiap akhir minnggu ketika aku libur kerja, aku pernah bertemu orabgtuanya beberapa kali, dan dia juga sempat ke rumahku dan aku kenalkan dia pada Dhika, Dhiak sempat memberi komentar terhadapku suatu waktu
“Seperti sudah tidak ada pria lain saja, kenapa jalan dengan orang cacat sih?”
Aku mengerutkan dahiku karena marah, marah yang di tahan pula karena aku tahu sifat Dhika balk-blakan dan sering bercanda.
“Jika buatmu dia tidak sempurna tetapi buatku dia paling sempurna karena aku sayang dia” kataku sambil memalingkan wajah
“maaffkan aku tadiii aku bercandda.....” Kata Dhika penuh penyesalan
“tapi kata-katamu tidak seperti orang bercanda, lain kali hati-hati dengan perkataanmu!”
“iya maaf ketua, aku tidak akan mengulanginya lagi”

Tiba-tiba ada suara pintu berbunyi “ Tokk.. tokk... to...”
Aku melupakan amarahku karena terfokus pada tamu yang datang, dan aku membuka pintu dan itu adalah Dava.
“masukkk lah Dava” kataku sambil tersenyum manis
Dava melangkah dengan susah payahnya dengan tongkatnya dan aku berada di sampingnya dan membantu dia melangkah, ketika dia dudukpun aku membantunya dan menaruhkan tongkatnya dengan rapi di sudut ruangan ketika dia duduk, dan ketika dia ingin pergi melangkah pasti aku akan mengambilkan tongkatnya untuk dia dan aku selalu senang hati ketika membantunya. Sementara Dhika masih di rumahku dan menatapku tajam, seolah tidak suka aku melakukannya.
“kenapa kamu masih di sini? bukannya pulang sana...!, aku mau malam mingguan ni!” Kataku pada Dhika
“tiddak apa-apa Puri jangan berkata seperti itu” Kata Dava membela
“ya sudahh aku pamit pulang dulu, tapi antarkan aku sampai depan pintu ya ketua” kata Dhika
“huuhh” aku mengeluh tetapi juga mengambulkan permintaanya
Ketika di halaman rumah Dhika berkata
“Puri melihat kamu seperti tadi,,, aku jadi cemburu”
“berisik,,, sudah punya pacar juga bicaranya ngelantur...”
“tapiii aku mulai suka kamu Puri.... jadian yu!”
Aku memukulnya dengan gulungan koran yang berada di meja teras, gulungan koran itu selalu tersimpan di sana sengaja untuk memukul Dhika ketika dia mulai berulah yang aneh-aneh akupun berkata “Tapi aku gak suka kamuuu”
Dia kemudian tersenyum hampa dan berkata “ Ya sudah aku pulang dulu...” Dia melangkahkan kaki dengan berat
Akupun kembali menemui Dava di ruang tengah dan membawakan teh manis hangat kesukaan dia
“terimakasihh”
“sama-sama... Di minum ka Teh nya” aku sudah memanggil dia kakak akhir-akhir ini
“Wah pas rasanya”
“sudah lapar belum? aku tadi masak, jika kakak mau makan aku akan hangatkan lagi......”
“tidakk... nanti sebentar lagi aku belum lapar, aku pasti akan makan masakanmu nanti.....”
Sebenarnya akhir-akhir ini aku sering memasakan dia masakan, dan jika dia tidak memakan masakanku aku akan berekpresi so marah.
“ka apakah kamu sayang padaku?”
“tentu saja, aku menyayangimu”
“tapi setelah kita sering bertemu kenepa tidak menembaku?”
“Kamu yang aku sayangi satu-satunya, tanpa menembak, seharusnya kamu mengerti sendiri J
“ohh berartii kita pacaran kan?”
“ya tentu..... jika kamu mau dalam waktu dekat ini aku akan menemui orangtuamu untuk melamarmu...! Insya Allah..... semoga Allah melancarkan apa yang aku rencanakan”

Akupun hanya bisa terdiam dan tersenyum menanggapi ucapannya yang jelas aku sangat bahagia. Dan jika aku benar-benar menjadi pasangan hidupnya aku dengan senang hati menjadi kaki kedua buat dia dan selalu berada di sampinya untuk  menyenangkan hatinya.